Tugu Veteran di Balikpapan
BALIKPAPAN – Lapangan hijau dekat
pintu V kilang minyak kerap dijadikan tempat bermain sepak bola. Lahan yang tak
terlalu luas, itu bersebelahan dengan saluran buang air yang melingkar di
sekitar objek vital kilang minyak. Tujuh puluh tahun silam, di tempat inilah
sekitar 8.000 orang berkumpul di komplek NICA mengarak bendera Merah Putih,
tepatnya 14 November 1945 atau tiga bulan setelah proklamasi kemerdekaan RI.
“Dulu komunikasi tidak mudah seperti
sekarang. Kita dengar RI sudah merdeka tanggal 17 Agustus baru awal bulan
November 45. Itu pun lewat radio punya orang yang kerja di BPM (Bataafsche
Petroleum Maatschappij, Red),” seloroh seorang veteran yang keberatan
namanya ditulis.
Sejak awal November, mulailah para
pekerja perusahaan minyak BPM melakukan pertemuan bawah tanah untuk merumuskan
gerakan demonstrasi membawa Merah Putih. Perusahaan BPM di kemudian hari
diserahkan kepada Pemerintah RI kepada Pertamina setelah Belanda hengkang dari
Tanah Air. Demonstrasi Merah Putih itu bertujuan untuk menunjukkan Balikpapan,
Kaltim pada khususnya merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKR). “Kedua, kami minta supaya Belanda dan sekutu hengkang dari Borneo,”
imbuhnya.
Lokasi demonstrasi Merah Putih kini
dibangunkan prasasti dan tiang bendera di era kepemimpinan Imdaad Hamid. Wali
Kota Imdaad dulunya berjuang susah payah untuk meminta izin ke Pertamina pusat
agar lahan dekat pintu V itu diperkenankan sebagai Tugu Demonstrasi Merah
Putih. Tapi setelah tugu dibangun, bagaimanakah kondisinya kini? Tiang bendera
yang berdiri kukuh di lapangan tersebut tidak terlihat adanya Merah Putih yang
berkibar. Sejumlah warga mengatakan tiang tanpa bendera di Tugu Demonstrasi itu
sudah berlangsung sejak beberapa hari terakhir.
“Dulunya bendera Merah Putihnya ada,
tapi entah kenapa sudah tak ada beberapa hari ini,” kata Bambang kepada Balikpapan
Pos.
Kondisi seperti ini seharusnya tak
boleh terjadi, apalagi menjelang peringatan HUT Ke-70 RI. “Apalagi tugu ini
sudah menjadi cagar budaya, masa kita melupakannya,” kritik Bambang.
Pantauan Balikpapan Pos,
kondisi tugu ini memang tidak terlalu besar. Luasnya hanya sekitar 3x2 meter.
Di area tersebut terdapat tiang bendera dan batu prasasti yang mencatat 31
jumlah korban jiwa yang gugur dalam pertempuran di tanggal 10 Oktober di
sekitar Karang anyar.
Tugu tersebut tampak minim
perawatan, banyak kotoran dedaunan yang memenuhi lantai, begitupun dengan
kondisi tiang bendera yang tak ada bendera berkibar. Yang lebih sedih lagi,
tali untuk tiang bendera juga sudah putus. (bp-27/yud)
sumber Balikpapan Pos
0 komentar:
Post a Comment